CARA I’TIKAF SESUAI SUNAH ROSULULLOH SAW

CARA I’TIKAF SESUAI SUNAH ROSULULLOH SAW

CARA I’TIKAF SESUAI SUNAH ROSULULLOH SAW
Sahabat. Sudah menjadi kebiasaan umat muslim ketika memasuki malam ke sepuluh terakhir di bulan Ramadhan, melakukan ‘amaliah ibadah “khusus” yakni sering kita sebut I’TIKAF.

Banyak sekali para Sahabat ketika waktu itu, berusaha semaksimal mungkin mendekatkan diri kepada Alloh SWT dengan cara itu. Bahkan guna memaksimalkan i’tikaf, tidak jarang sahabat muslim berkonsentrasi penuh berada di masjid. 

Segala aktifitas di rumah ditinggalkan dan khusus melakukan iltikaf di masjid.

Apakah benar, i’tikaf dilakukan dengan cara meninggalakan segala aktifitas keseharian di rumah? Kalau memang tidak, sebenarnya makna i’tikaf itu seperti apa? Bagaimana Rosululloh melakukan i’tikaf?

Sahabat. Sesuai penjelasan di dalam kitab Fathul Qorib Mujib, I’tikaf mempunyai makna “menetap” berada di dalam masjid sesuai dengan peraturan syara’ yang telah ditentukan.
Sedangkan asal i’tikaf sesuai dengan penjelasan Firman Alloh SWT. 

Nabi Ibrahim as dan Isma’il as dibaiat, disucikan diri oleh Alloh SWT, seperti halnya yang telah dilakukan kaum muslimin saat ini ketika melakukan thowaf dan i’tikaf. Sesuai dengan Firman Alloh SWT: “ kamu sekalian jangan menggauli istri-istrimu ketika melakukan i’tikaf di dalam masjid”.

Disebutkan di dalam Hadis Bukhori Muslim, bahwa Rosululloh SWT melaksanakan itikaf pada tanggal “belasan” di bulan Ramadhon. Dan melakan i’tikaf lagi pada tanggal “duapuluhan” di bulan Ramadhan. Hal seperti itulah yang beliau lakukan di bulan Ramadhan. 

Mulai malam ke-21 sampai malam hari raya ‘idul Fitri, belilau melakukan i’tikaf.
Berdasarkan keterangan di atas, kita dapat memperoleh hikmah. Salah satunya adalah kita dianjurkan untuk melakukan i’tikaf, setiap kali kita masuk ke dalam masjid. Tidak serta merta harus di bulan Ramadhan. 

Terlebih lagi kita bisa melaksanakan i’tikaf di malam tanggal ke-21 samapai hari raya ‘idul Fitri di bulan Ramadhan. Seperti halnya dawuh Rosululloh SAW, bahwa selain hal itu, i’tikaf juga merupakan salah satu ‘amaliah yang bisa digunakan untuk memperoleh keberkahan malam Lailatul Qodar.

Menurut pendapat Imam Syafi’i ra, malam Lailatur Qodar itu diringkas Alloh SAW di dalam malam duapuluhan di bulan Ramadhan. Sedangkan malam rentang tersebut yang bisa diharapkan datangnya Lailatul Qodar adalah malam yang ganjil, yaitu malam ke-21, 23, 25, 27 dan 29 di bulan Ramadhan.

Dawuh Rosululloh SAW: “barang siapa yang menghidupkan Lailatul Qodar karena iman dan mengharap pahalan dari Alloh SWT, maka akan diampuni segala dosanya yang pernah dilakukan”.

Adapun cara menghidupkan malam Lailatul Qodar adalah memperbanyak ibadah pada waktu magrib sampai subuh di bulan Ramadhan. Seperti halnya:
  1. Melaksanakan sholat-sholat sunah
  2. Memperbanyak membaca Al-Qur’an
  3. Berdo’a. Bisa membaca do’a ini: “Allohumma innaka ‘afwun kari, tuhibbul ‘afwa fa’fu’anni”.

Adapun hukum melakukan i’tikaf dibagi menjadi 4 (empat) macam, yaitu:
  1. Mandub/sunah (hukum asalnya)
  2. Wajib (disebabkan karena nadzar)
  3. Harom (contohnya i’tikaf perempuan yang tidak ijin kepada suaminya)
  4. Makruh (i’tikafnya perempuan yang mendapatkan ijin suaminya).

Demikian sedikit gambaran mengenai ibadah i'tikaf. Semoga bermanfaat.